Rabu, 07 Agustus 2019

# Almira Bastari # book review

[Book review] Melbourne Wedding Marathon

Okay, aku akan mengulang review ini. Tapi kali ini, akan kukulik via blog.

Judul: Melbourne Wedding Marathon
Penulis: Almira Bastari
Penerbit: Grasindo
Progress: 218/218 
Rate: 🌟🌟🌟🌟

"Pernikahan itu bukan piala dan proses menuju ke sana bukan dengan sprint." ~Detira~ (Melbourne Wedding Marathon, 158)



Gimana rasanya jadi teman kondangan seorang pria tampan yg tajirnya gak ketulungan? Mungkin yg lain bakal ngerasa kayak ketiban durian runtuh, tapi tidak bagi Sydney Deyanira. Namanya emang Syndey, tapi lucunya dia tinggal di Melbourne.

Gadis mandiri dan ambisius itu tak bisa menolak saat Anantha Daniswara, bosnya tempat bekerja sambilan, memintanya untuk menemaninya menghadiri acara pernikahan teman-temannya. Sebenarnya, Anantha hanya ingin bertaruh pada mantan pacarnya kalau ia bisa berpaling dari mantannya. Tetapi... siapa yg bisa menyangka hubungan 'kontrak' itu mengarah ke sesuatu yg jauh lebih complicated dari lelahnya menghadiri undangan pernikahan yang tak ada habis-habisnya?

Karena setelah Idul Fitri kemarin banyak sekali undangan pernikahan yang sampai ke tanganku, mau itu dari tetangga sekitar rumah yang bahkan aku nggak tahu sama sekali, ataupun teman sekolah sendiri. Rasanya benar-benar bertumpuk. Eh, tiba-tiba saja, aku teringat dengan novel ini yang udah ku-review di Instagram kurang lebih setahun yang lalu. Jadi, kuposting lagi ke sini dengan sedikit tambahan dariku.

Novel yg ditulis oleh Kak Almira yg berlatar Melbourne ini bikin aku jadi ikut maraton menghadiri acara nikahan bareng Sydney dan Anantha. Kehadiran Detira yg koplak menambah seru cerita Sydney, meski agak mellow n kesel sendiri sama Rafka. Walaupun gitu, Kak Almira sukses banget mengaduk-aduk perasaanku.

Novel ini bisa memberi pandangan tentang pernikahan. Well, sekarang ini banyak pemuda-pemudi yang ingin segera menikah. Dalam Islam, menikah hukumnya sunnah. Namun jika sudah sanggup menafkahi sang mempelai dan menikah adalah jalan satu-satunya untuk menghindari zina, maka hukumnya wajib. Kalau cepat-cepat menikah hanya demi 'takut ketuaan', 'takut nggak dapat jodoh', menuntaskan nafsu birahi saja tanpa memikirkan masa depan dan masih bergantung pada orang tua, mending nanti dulu deh nikahnya. Mending tahan nafsu dengan puasa (ini sesuai anjuran Nabi, lho), wujudkan mimpi dan bahagiakan orang tua sebelum nantinya menikah.

Kutipan yang kuambil dari novel ini menjadi kekuatanku untuk menghadapi omongan nyinyir dan pertanyaan basi soal 'kapan nikah'. Aku ini, kalau boleh jujur, emang orangnya woles kalau ditanya kapan nikah. Karena aku ini sudah percaya akan jodoh yang udah ditakdirkan dari sana. Pernikahan itu memang bukan soal cepat lambatnya, tapi proses menuju ke pelaminannya itu. Jodoh juga bagian dari rezeki yang sudah ditetapkan dari Yang Maha Kuasa untuk tiap makhluknya. Cara ketemunya aja yang beda-beda. Ada yang dipertemukan di masa sekolah, di kampus, tempat kerja, atau di manapun itu. Ada yang dipertemukan jodohnya di usia yang tepat, ada juga yang dipertemukan di usia yang sudah tak muda lagi. Sama seperti Sydney dan Anantha.

So, girls ... atau siapapun yang masih galau soal pernikahan dan pertanyaan nyinyir masyarakat, bacalah novel ini. Semoga novel ini bisa menjadi kekuatan sekaligus hiburan untuk kalian 😊😊


See you on the next review~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar