Halo, teman-teman!!!
Kita ketemu lagi di review Kamen Ridernya Amayasooyun ππ
Kali ini, aku akan cuap-cuap soal Kamen Rider Reiwa ke-dua yang baru aja tamat:
Kamen Rider Saber official logo |
Kamen Rider Saber!!!
Seri ke - 2 Kamen Rider era Reiwa ini mengambil tema yang menurutku beda sama para seniornya: BUKU! Sebagai seorang kutu buku (sejak kecil), kehadiran Saber membuat jiwa kutu bukuku menjerit senang (bayangin aja, Kamen Rider dan buku, two of my favorite things become one!!). Selain itu, tema lain yang diambil adalah kesatria zaman pertengahan. Hem... Menarik.
Kamen Rider Saber ini berpusat pada seorang novelis bernama Touma Kamiyama. Dulu, ketika kecil, Touma pernah berteman dengan anak laki-laki dan anak perempuan. Namun, suatu hari, si anak perempuan tersedot oleh buku raksasa yang melayang di langit. Touma hampir saja ikut terjebak. Namun, ia diselamatkan oleh kesatria berpedang dengan kekuatan naga api. Setelah itu, sang kesatria mempercayakan sebuah benda mirip buku saku pada Touma. Lalu, kesatria itu menghilang (macam Avatar aja).
Tahun demi tahun berlalu. Touma Kamiyama yang kini terkenal sebagai seorang novelis dan memiliki toko buku pribadi kembali memimpikan hal yang sama ketika ia kecil. Ketika sudut-sudut kota mulai menghilang ditelan buku yang begitu besar, lalu monster pun muncul menyerang, di saat itulah Touma mulai mengingat mimpi masa kecilnya. Dan ia melepas kekuatan buku saku (which is later known as Wonder Ride Book), dan berubah menjadi seorang kesatria; Kamen Rider Saber.
Kisah Touma dalam sepak terjangnya menjadi Kamen Rider Saber ditemani oleh organisasi kesatria yang bernama Sword of Logos. Organisasi ini dibentuk oleh para kesatria penjaga Wonder Ride Book yang bertugas untuk menjaga kestabilan dan keseimbangan dunia manusia dengan Wonder World, dunia yang menjadi sumber kekuatan Wonder Ride Book.
Swords of Logos |
Musuh yang Touma dkk. hadapi adalah monster bernama Megiddo, yang dikendalikan oleh Legiel, Zoous, dan Storius. Selain itu, organisasi sendiri juga menghadapi krisisnya dengan adanya desas-desus pengkhianat di antara mereka. Belum lagi perjuangan Touma menepati janjinya pada seseorang. Kisah Touma sebagai seorang protagonis di cerita miliknya sendiri terus berlanjut...
***
Oke, pertama, main themenya ini cocok banget sama aku yang kutu buku. Juga dengan Wonder Ride Booknya. Aku suka cara tim kreatif seri ini mengambil dongeng juga legenda seluruh dunia menjadi sumber kekuatan Wonder Ride Book para kesatria berpedang. Sebut saja kisah si Jack dan Biji Kacang Ajaib, Peter Pan, Tiga Babi Kecil, kisah 1001 Malam, bahkan cerita epik seperti Journey to The West. Konsep Arthurian legend juga dipakai untuk WRB Excalibur. Tapi sayangnya, sepertinya yang dipakai hanya sebatas kisah Arthur yang mendapat pedang Excalibur saja.
Konsep kesatria yang memakai jenis pedang berbeda perlu dapat applause. Juga, aku suka dengan konsep hensin belt yang hanya dimiliki oleh Saber, Blades, dan Espada, tapi kesatria lain bisa henshin dengan slot di pedang mereka. Tapi, kembali lagi ke Arthurian legend yang digunakan di WRB, konsep Kesatria Meja Bundarnya nggak fit sama sekali dengan kondisi organisasi sendiri.Menurutku, Kingsman series masih lebih baik dalam mengadaptasi legenda Raja Arthur yang terkenal ini, meski hanya sekadar pemberian nama alias untuk agen saja.
Segi kostum, oke. Pemberian jubah di armor Saber, Blades, dan Espada membuat mereka terlihat seperti kesatria dengan jubahnya. Kostum kesatria lain juga oke. Untuk final form, yang paling keren itu final formnya Kamen Rider Blades. Untuk Kamen Rider Saber sendiri, final formnya sih oke, dan lebih kuat dari final form Blades, pastinya. Tapi, meski warna final formnya cakep banget, aku menyayangkan kostumnya yang ternyata repaint dari base formnya Saber. Duh... π
π
π
Nah, dari segi plot... Untuk arc pertama memang cenderung lambat dan membingungkan, seperti prolog suatu novel dengan cukup banyak adegan flashback. Begitu masuk ke arc kedua, ketegangan mulai terasa, cuma masih terkesan lambat, sih. Dan begitu masuk arc final, baru deh plotnya dicepetin. To be honest, dibandingkan dengan Zero One yang plotnya masih cukup solid, Saber ini masih banyak flawnya. Plot holenya masih cukup berserakan, meski penempatan twistnya cukup oke. Aku agak terganggu sama obsesinya Master Logos sama Luna, begitu pun obsesinya Storius. But storywise, Saber ini udah bagus, hanya masih kurang di eksekusi cerita.
Aku suka cara tim menyampaikan esensi Kamen Rider Saber di episode terakhir tentang buku: bahwa buku bisa mengubah dunia. And it's true. Bagi penulis, buku adalah cara mereka menghadirkan 'dunia' bagi pembacanya. Dan bagi pembaca, buku adalah jendela untuk melihat dan menjelajah 'dunia' yang diberikan penulis. Buku memberikan pengaruh yang luar biasa bagi siapa saja yang membacanya. Buku juga menjadi teman yang baik untuk mengembangkan diri. Bahkan, buku juga bisa menjadi alat untuk menguasai dunia. Sebut saja Hitler yang terpengaruh oleh buku Niccolo Machiavelli lalu menjalankan siasatnya di masa Perang Dunia ke-II. Buku juga menjadi alat kritik sosial yang baik, seperti Pride and Prejudice yang mengkritik keadaan sosial Inggris pada abad ke - 18. It was well-executed. And as a bookworm, I shed my tears on that scene... πππ
Overall, this series is quite refreshing. Meski cukup banyak plothole dan juga kisah-kisah yang belum selesai, seri ke-2 Kamen Rider era Reiwa ini membuatku bangga dengan hobiku yang suka membaca. Kehadiran Kamen Rider dengan tema buku ini membawa angin segar. Hem, aku harus menonton film Saber setelah ending, juga perjalanan anggota SoL yang lama ππ
Sword of Logos, dengan anggota terdahulu |
So, I give this series 7 π out of 10 π
***
Nah, itu tadi review aku soal Kamen Rider Saber.
Maaf yaa tiba-tiba ada curcolku sedikit mengenai buku, soalnya jiwa kutu bukuku tergugah dengan episode terakhir π π Akan kuulas Revice nanti begitu selesai nantinya.
See ya on the next review, fellas~
Adieu~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar