Jumat, 29 Januari 2016

# cerpen Mami # diary

Mami, Cerpen yang Bikin Kangen sama Mama

Ada satu cerpen di buku Ketika Mas Gagah Pergi yang kupunya. Cerpen ini bisa membuatku langsung kangen sama rumah...

Ah, nggak.

Kangen sama Mama lebih tepatnya. Hehe...

Judulnya "Mami". Cerpen yang bercerita tentang seorang muslimah Aceh berdarah Tionghoa bernama Evi yang repot dengan perhatian ibunya yang begitu berlebihan. Akan tetapi, begitu sang Ibu jatuh sakit, Evi merasa kehilangan kasih sayang Mami yang memang terlihat berlebihan, namun begitu berarti untuknya (termasuk aku yang baca).


Kalau kuperhatikan lagi, cerpen ini memang ditulis berdasarkan latar belakang bunda Helvy. Dan entah mengapa, sosok Mami di dalam cerpen itu menyerupai sosok Mama di rumah Tarakan.


Kenapa?

First of all, I want to tell you that I am a half Chinese-descendant. My dad is Javanese and my mom is Chinese. Mama adalah orang berketurunan Tionghoa yang lahir di Teluk Bayur, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kata Mama, darah China yang kudapat ini cukup istimewa. Moyang dari pihak orang tua Mama berasal dari tanah RRC sono. So, bisa dibilang kalau aku juga punya darah China murni.

Meski aku bilang begitu, tapi di Kota Samarinda ini, nggak ada orang yang percaya kalo aku keturunan China. Apalagi akunya pake jilbab. Malah disangka keturunan Dayak... 

Hanya saja, berbanding terbalik dengan karakter Evi di cerpen "Mami", aku lebih mewarisi penampilan Mama: kulit putih dan bermata sipit. Hanya bentuk wajah bulatku saja yang kudapat dari Bapak.

Maminya Evi dan Mamaku itu memang mirip! Mengapa tidak? Aku sebagai anak pertama dan cuma punya 1 adik cowok, terlebih lagi usiaku yang akan menginjak 24 nantinya (huhuhu... berasa tuaaa~), masih terus diperhatikan dan diperlakukan layaknya anak kecil. Aku bisa mengerti apa yang Evi rasakan. Namun, justru itu yang membuatku malah nangis begitu membaca cerpen Mami.

Mungkin, dari sudut pandangku, perhatian seorang ibu berketurunan China pada anak-anaknya yang terkadang berlebihan itu merupakan bentuk kasih sayang mereka. Apalagi sama anak perempuan. Yang paling besar pula. Perhatiannya pasti lebih dicurahkan. Harus ini lah, itu lah, ini kek, itu kek, bla bla bla~ so on and so forth...

Tapi, begitu pergi ke perantauan, malah kasih sayang seperti itu yang bikin kangen rumah :')

Pokoknya aku mau cepat-cepat selesaikan nih skripsi biar bisa pulang dan kumpul lagi bareng Mama!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar